Selasa, 26 Mei 2015

HADITS TENTAG METODE-METODE PENDIDIK




MAKALAH HADITS TARBIYAH
TENTANG
HADITS TENTANG METODE-METODE PENDIDIK


 








OLEH
KELOMPOK 8
1.    TRIA AMI LAKSMI
2.    HARTINA
3.    DESY ISMAYANI
4.    NADIA NAMIRA

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2015

BAB I


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Terkait dengan metode pendidikan, Rasulullah SAW sejak awal sudah mencontohkan dan melakukan metode pendidikan yang tepat kepada para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dan tepat dalam menyampaikan ajaran islam. Rasulullah sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang sehingga nilai-nilai islam yang ditransferkan bisa dengan mudah dipahami dan dikuasai oleh para sahabat. Maka dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa metode-metode pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, khususnya dalam pendidikan islam

B . RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana hadist tentang perintah menggunakan PAIKEM ?
B.     Bagaimana hadist tentang pembicaraan harus jelas dan bila perlu diulang?
C.     Bagaimana hadist tentang metode peragaan dan demonstrasi?
D.    Bagaimana hadist tentang metode cerita atau kisah ?
E.     Bagaimana hadist tentang metode tanya jawab dan diskusi ?
F.      Bagaimana hadist tentang metode Pembiasaan dan Hukuman?
G.    Bagaimana hadist tentang metode perumpamaan?
H.    Bagaimana hadist tentang metode Targhib dan Tarhib?
I.       Bagaimana hadist tentang metode Pengulangan dan Latihan?
J.       Bagaimana hadist tentang metode mauizhah?

C.    TUJUAN DAN MANFAAT
A.    Mampu mengetahui hadist tentang perintah menggunakan PAIKEM
B.     Mampu mengetahui hadist tentang pembicaraan harus jelas dan bila perlu diulang.
C.     Mampu mengetahui hadist tentang metode peragaan dan demonstrasi
D.    Mampu mengetahui hadist tentang metode cerita atau kisah.
E.     Mampu mengetahui hadist tentang metode tanya jawab dan diskusi
F.      Mampu mengetahui hadist tentang metode pembiasaan dan hukuman.
G.    Mampu mengetahui hadist tentang metode perumpamaan.
H.    Mampu mengetahui hadist tentang metode targhib dan tarhib.
I.       Mampu mengetahui hadist tentang metode pengulangan dan latihan.
J.       Mampu mengetahui hadist tentang metode mauizhah.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hadits tentang perintah menggunakan metode PAIKEM

Dari Abu Burdah dari Abu Musa, ia berkata Rasulullah SAW ketika mengutus salah seorang sahabat di dalam sebagian perintahnya Rasulullah SAW bersabda berilah mereka kabar gembira dan janganlah mereka dibuat lari dan permudahkanlah manusia dalam soal-soal agama dan janganlah mempersukar mereka (HR. Imam Muslim)

                  Pembahasan :
Perintah Nabi di atas memberikan pelajaran kepada para pendidik bahwa di dalam melaksanakan tugas pendidikan, para guru/pendidik dituntut untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, berupaya membuat peserta didik untuk merasa betah dan senang tinggal di sekolah bersamanya,dan bukan sebaliknya justru memberikan kesan seram agar para siswa takut dan segan kepadanya, karena sikap demikian justru akan membuat siswa tidak betah tinggal di sekolah dan sekaligus akan sulit untuk bisa mencintai para guru beserta semua ilmu ataupun pendidikan yang di berikan kepada mereka.

Analisis :
Hadist diatas menjelaskan bahwa proses pembelajaran harus dibuat dengan semudah mungkin dan sekaligus menyenangkan agar para peserta didik tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan dengan suasana di kelas. Dengan pemilihan metode yang sesuai dan tepat maka berjalannya proses pembelajaran akan mudah dan menyenangkan bagi peserta didik. Suasana pembelajaran yang mudah dan menyenangkan ini akan mempengaruhi minat belajar peserta didik untuk telibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan maksimal.
B.     Hadits pembicaraan harus jelas dan bila perlu diulang

 Dari Aisyah Rahimahallah berkata, sesungguhnya perkataan Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas, dan dapat memahamkan orang yang mendengarkannya. (HR. Abu Dawud)

Pembahasan :
Didalam hadist tersebut dijelaskan diantara sifat ucapan Rasulullah SAW adalah sangat jelas dan mudah dipahami oleh orang yang mendengarkanya. Oleh karenanya, Rasulullah SAW mengucapkan sesuatu kepada seseorang menggunakan gaya dan bahasa dengan kemampuan dya tangkap pemikiran orang yang sedang diaajak bicara oleh beliau.

Analisis :
Didalam hadist diatas, pendidik mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran yaitu proses penyampaian materi yang akan disampaikan kepada para murid. Dengan perkataan yang jelas dan mudah dipahami proses penyampaian pesan dapat diterima dengan baik oleh para murid. Perkataan yang jelas dalam hal ini bukan hanya sekedar jelas. Namun lebih dari itu “jelas” disini adalah mampu memahamkanm peserta didik yang dihadapinya.
Perkataan yang jelas dan mudah dipahami akan menjadi salah satu factor keberhasilan pendidikan. Diharapkan dengan adanya perkataan yang jelas dan mudah dipahami tersebut anak didik akan dapat menyerap dan memahami apa yang disampaikan pendidik.

 Telah menceritakan kepada kami Abdah berkata, Telah menceritakan kepada kami Abdushshamad berkata, Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Al Mutsanna berkata; Tsumamah bin Abdullah telah menceritakan kepada kami dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila memberi salam, diucapkannya tiga kali dan bila berbicara dengan satu kalimat diulangnya tiga kali.  (HR. Imam Bukhori)

Pembahasan :
Ada perbedaan pendapat apakah salam termasuk syarat dalam meminta izin untuk memasuki rumah atau tidak ? Imam Maziri berkata : bentuk permintaan izin ialah dengan cara mengucapkan “Assalammua’alaikum, apakah boleh masuk?” kemudian ia boleh memilih antara menyebutkan namanya atau hanya mengucapkan salam saja.
Imam Isma’il berkomentar bahwa salam itu dilakukan secara berulang-ulang ketika meminta izin, salam dilakukan secara berulang-ulang pada sekumpulan orang banyak yang sebagian orang belum mendengar, begitu juga ia mengucapkan salam dan dia menyangka orang pemilik rumah belum mendengar maka disunahkan mengulanginya kembali dua atau tiga kali. Ada perbedaan pendapat mengenai seseorang yang mengucapkan salam tiga kali dan menyangka kalau pemilik rumah belum mendengar, menurut Imam Malik seseorang harus menambah salamnya sapai pemilik rumah mendengarnya, kebanyakan ulama’ dan penganut madzhab Imam Maliki berpendapat tidak boleh menambah salam karena mengikuti dhohirnya hadis.

Analisis :
Dalam hadist diatas Rasulullah SAW menggunakan pengulangan dengan kalimat وَإِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلَاثًا Hadist ini mengindikasikan bahwa pengajaran memerlukan banyak pengulangan. Pengulangan bahan yang telah dipelajari akan memperkuat hasil belajar.. Nabi Muhammad SAW ketika menerima wahyu yang pertama dalam keadaan “meniru dan mengulang” apa yang disampaikan oleh Jibril.
Oleh karena itu, hendaknya para pendidik sesudah materi disampaikan kepada peserta didik diharapkan untuk melakukan pengulangan kembali. Hal ini dimaksudkan untuk mempertinggi penguasaan peserta didik terhadap materi yang sudah diterima. Demikian juga halnya sebelum memberikan materi yang baru, hendaknya para pendidik melakukan pengulangan kembali terhadap materi sebelumnya hal ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada peserta didik tentang materi sebelumnya dan juga agar materi yang sebelumnya tidak hilang begitu saja.

C.    Hadist tentang metode peragaan dan demonstrasi

Dari Abu Hurairah r.a , Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : orang yang menanggung hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya ( Nabi) dan dia seperti ini di dalam syurga dan Imam Malik mengisyaratkan seperti jari telenjuk dan tengah (HR. Imam Muslim)

Pembahasan :
Dari hadist diatas yang dimaksud dengan   ( كَافِلُ اليَتِيْمِ) adalah mencukupi segala kebutuhannya mulai dari nafakah, pakaian, pendidikan sekolah dan bertanggung jawab atas baik buruknya adabnya. Hal yang demikian ini mendapatkan keuatamaan baik dari hartanya sendiri maupun harta anak yatimtersebut dengan menjadi walinya ini.
Maksud dari أَوْ لِغَيْره yaitu orang terdekatnya seperti kakek, nenek, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan, paman dari ayah, paman dari ibu bibi dari ibu dan orang lain.

Analisis :
Pada hadist diatas menerangkan tentang hubungan kedekatan Rasulullah dengan orang yang memelihara anak yatim. Rasulullah SAW mendemonstrasikan juga dengan jari beliau. Beliau menerangkan kepada para sahabat bahwa kedudukan beliau dengan orang yang memelihara anak yatim di surga begitu dekat, seperti kedekatan jari tengah dan jari telunjuk.
Dalam dunia pendidikan sekarang ini, para pendidik dianjurkan sekali untuk bisa meneladani Rasulullah SAW dalam menjelaskan pelajaran dengan menggunakan alat peraga dalam metode pengajarannnya. Metode peraga ini sekarang lebih dikenal dengan sebutan media pendidikan. Media pendidkan adalah suatu benda yang dapat dindrai, khususnya penglihatan dan pendengaran baik yang terdapat dalam maupun luar kelas yang digunakan sebagai alat bantu penghubung dalam proses pembelajaran. Media pendidikan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa. Media pendidikan mengandung beberapa beberapa aspek-aspek yaitu sebagai alat atau sebagai teknik yang berkaitan erat dengan metode pengajaran

 Dari Abi Qilabah katanya hadist dari Malik. Kami mendatangi Rasulullah SAWDan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah SAW adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya, beliau bersabda : kembalillah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka, beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat. (HR. Imam Bukhari)

Pembahasan :
Hadist ini sangat jelas menunjukkan tata cara shalat Rasulullah kepada sahabat. Sehingga para sahabat dipesankan oleh Rasulullah agar shalat seperti yang dicontohkan olehnya.
Maksud dari hadist diatas adalah mengenai metode peragaan yang terdapat didalam kalimat hadist terakhir yaitu “ Dan shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat”. Dan apabila telah datang waktu shalat, maka adzanlah salah satu diantara kalian. Dan yang paling tua diantara kalian jadikanlah imam.

Analisis :
Dari penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa Rasulullah melakukan metode demonstrasi tentang tata cara shalat kepada sahabatnya. Hal dimaksudkan unntuk memperjelas tentang bagaimana tata cara shalat yang sesuai dengan Rasulullah.
 Metode demonstrasi  adalah metode pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau bagaiman memperlihatkan sesuatu kepada peserta didik. Metode demonstrasi ini dilakukan bertujuan agar pesan yang disampaikan oleh pendidik dapat dikerjakan dengan baik dan benar oleh peserta didik.

D.    Hadist tentang metode cerita atau kisah

 Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW bersabda : “Ketika seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata : anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni, sahabat bertanya wahai Rasulullah: adakah kita mendapat pahala karena kita menolong hewan ? Nabi SAW menjawab : disetiap yang mempunyai limpa basah ada pahalanya”. (HR.Imam Bukhori)

Pembahasan :
Ketika seorang laki-laki sedang berjlan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali, kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidanya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata: anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk ke sumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil mengigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuninya.
Menurut Abdullah bin Dinar Allah memasukkan lelaki tersebut ke surga. Dari hadist ini mengajarkan kepada kita senantiasa saling menyayangi sesame makhluk Allah meskipun pada hewan yang diharamkan.

Analisis :
Hadist diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang mana sering dilakukan oleh Rasulullah dalam menyamapaikan ajaran islam. Teknik ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik sehingga menimbulkan minat dikalangan para sahabatnya.
Teknik bercerita ini adalah salah satu teknik yang baik untuk menerapkan aspek pembangunan insan karena didalamnya mencakup seluruh metodologi pendidikan yaitu pendidikan mental, akal, jasmani serta unsur-unsur yang ada dalam jiwa seseorang, pendidikan itu melalui teladan dan nasehat. Bukti terbaik dari metode ini adalah bagaimana setengah dari isi kandungan Al-Qur’an adalah tentang cerita atau kisah dalam penyamapaian ajarannya.

D.    Hadist tentang Metode tanya jawab dan diskusi

Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab : “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan kamu (HR. Muslim)

Pembahasan :
Seorang ibu di mata anak-anaknya merupakan satu-satunya figure yang paling berjasa dibanding lainnya, bagaimana tidak , karena dia telah susah payah mengandungnya selama Sembilan bulan, dalam suka dan duka, sehat maupun sakit, bayi yang masih berada dalam kandungan senantiasa dibawa kemana dia pergi dan berada, bahkan tidak jarang seorang ibu yang sedang mengandung muda sampai berbulan-bulan tidak mau makan nasi karena jika hal itu dia lakukan akan kembali keluar/muntah.
Imam An-Nawawi mengatakan bahwa,didalam hadist tersebut terdapat anjuran untuk berbuat baik kepada kerabat dekat, dan ibu adalah yang paling berhak mendapatkan itu, baru kemudian ayah dan kemudian kerabat yang paling dekat. Para ulama mengatakan bahwa sebab didahulukannya ibu adalah karena kelelahan, beban berat dan pengorbanannya di saat mengandung, melahirkan, menyusui, perawatan pendidikan dan dan lain sebagainya.

Analisis :
Dari penjelasan hadist diatas, Rasulullah menggunakan metode tanya jawab sebagai starategi pembelajarannya. Beliau sering menjawab pertanyaan dari sahabatnya ataupun sebaliknya. Metode tanya jawab ini sendiri ialah metode pembelajaran yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik. Sehingga komunikasi ini terlihat adanya timbal balik antara guru dengan siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para guru atau pendidik dapat mengetahui sejauh mana para murid dapat mengerti dan mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.

Dari Anas bin Malik ra, Ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda : “Tolonglah saudaramu yang dzalim maupun yang didzalimi. Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah bagaimana jika menolong orang dzalim? Rasulullah menjawab : “tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzaliman, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan kepadanya (HR. Imam Bukhari)

Pembahasan :
Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa Rasulullah memerintahkan kepada umatnya agar menolong saudaranya baik dalam keadaan dhalim atau madhlum (didzalimi).
Ibnu Bathal mengatakan : (النصر) menurut orang arab berarti (اعانة)  pertolongan, sungguh Rasulullah telah menjelaskan bahwa menolong orang yang dzalim itu caranya dengan mencegah dari berbuat aniaya karena jika engkau tidak mencegahnya, maka dia akan melakukan perbuatan aniaya hingga di qishas. Pencegahan yang kamu lakukan dengan cara mengqishasnya itu juga bisa dikatakan menolong orang yang beruat dzalim.

Analisis :
Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi dan unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan atau merampungkan keputusan bersama.
Jika ditelaah dari bebarapa riwayat hadist, Rasulullah adalah orang yang paling banyak melakukan diskusi. Metode diskusi ini sering dilakukan oleh Rasulullah bersama para sahabatnya untuk mencari kata sepakat. Tetapi walaupun Nabi sering melakukan dan membolehkan mendidik dengan metode diskusi akan tetapi dalam pelaksanaanya harus dilakukan dengan hikmah ataupun dengan bijak agar segala permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan tanpa ada permusuhan, karena metode diskusi berbeda dengan debat. Jika debat adalah perang argumentasi, beradu paham dan kemampuan persuasi dalam memenangkan pendapatnya sendiri. Maka dalam metode diskusi diharapkan semuanya memberi sumbangsih sehingga semua bisa paham dan dimengerti secara bersama.

F.       Hadits tentang Metode Pembiasaan dan Hukuman.
Sehubungan dengan penggunaan metode pembiasaan dalam pendidikan dapat dilihat antara lain dari hadis riwayat Ahmad dari Abi Syu'aib, Ahmad dari Sabrah al-Juhani, dan Abu Daud dari Abi Syu'aib:

Dari 'Amr ibn Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, Rasulullah saw. berkata: “Suruhlah anakmu mendirikan salat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur sepuluh tahun. (Pada saat itu), pisahkanlah tempat tidur mereka.

Pembahasan
Hadis di atas menginformasikan beberapa hal, yaitu: (1) orang tua harus menyuruh anak mendirikan salat mulai berumur tujuh tahun, (2) setelah berumur sepuluh tahun ternyata anak meninggalkan salat, maka orang tua boleh memukulnya, dan (3) pada usia sepuluh tahun itu juga, tempat tidur anak harus dipisahkan antara laki-laki dan perempuan, antara anak dan orang tuanya.
Kemampuan menunaikan ibadah salat merupakan salah satu keterampilan. Menurut Muhibbin Syah, belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot neuromuscular. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan, perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa Rasulullah menyuruh anak usia tujuh tahun mendirikan salat dengan maksud membiasakan mereka agar setelah mukallaf nanti, anak tidak merasa keberatan untuk melakukannya. Sesuai dengan peribahasa "Alah bisa karena biasa" yang berarti: segala kesukaran dan sebagainya tidak lagi terasa sesudah terbiasa. Maksud peribahasa ini adalah  pekerjaan yang pada awalnya sulit dan memberatkan akan terasa mudah dan ringan apabila sudah dikerjakan berulang kali sehingga menjadi kebiasaan.
Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).
Berdasarkan penafsiran ayat di atas, pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak dalam mengerjakan salat harus dilaksanakan secara bertahap dan disiplin. Sebagai contoh dapat dikemukakan sebuah model pentahapan.
Selain metode pembiasaan, hadis di atas juga memuat metode hukuman. Rasulullah SAW. menyuruh orangtua memukul anak bila meninggalkan salat setelah berusia 10 tahun.
Sebagai alat pendidikan, hukuman hendaklah: (a). senantiasa merupakan jawaban atas suatu pelanggaran, (b). sedikit-banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan, (c). selalu bertujuan ke arah perbaikan; hukuman itu hendaklah diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri.

G.      Hadits tentang Metode Perumpamaan.
Perumpamaan berarti pemberian contoh, yaitu menuturkan sesuatu guna menjelaskan suatu keadaan yang selaras dan serupa dengan yang dicontohkan, lalu menonjolkan kebaikan dan keburukan yang tersamar. Sehubungan dengan ini ditemukan hadis antara lain:
Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Alquran adalah bagaikan ‘al-Utrujjah’. Aromanya harum dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Alquran adalah bagaikan ‘tamar, kurma’. Aromanya tidak ada dan rasanya manis. Perumpamaan seorang munafiq yang membaca Alquran adalah bagaikan ‘ar-Raihanah’. Aromanya harum dan rasanya pahit. Perumpamaan seorang munafiq yang tidak membaca Alquran adalah bagaikan ‘al-Hanzhalah’. Aromanya tidak ada dan rasanya pahit.
Dalam hadis ini terdapat empat golongan manusia bila dihubungkan dengan Alquran, yaitu:
(1) Golongan yang hatinya dipenuhi oleh iman. Iman mengalir ke sekujur anggota tubuhnya. Ia yakin kepada Allah, beriman kepada Rasul, membenarkan Alquran, mengamalkan agama, menjadikan dirinya bagian dari Alquran, membacanya pada malam dan siang hari ketika berdiri, duduk, rukuk, dan sujud.
(2) Golongan yang beriman kepada Alquran, menerapkan hukumnya, mengikuti petunjuknya, menerapkan akhlaknya tetapi tidak membaca dan menghafal Alquran. Ini bagaikan kurma yang manis tetapi aromanya tidak ada.
(3) Orang jahat (munafiq) yang tidak memiliki iman kecuali sekadar sebutan, tidak memiliki agama kecuali merek, ia membaca Alquran, menghafalnya dengan baik, meyakini syariatnya, mengenal bacaannya, membaguskan lafal dan iramanya, tetapi bacaannya itu tidak melampaui kerongkongannya.
(4) Orang jahat (munafiq) yang tidak ada hubungannya dengan Alquran. Ia tidak berilmu tentang Alquran, tidak mengamalkannya, tidak membaca dan tidak menghafalnya.
Analisis Kependidikan:
1.    Rasulullah saw. mengemukakan perbandingan kualitas manusia dengan buah-buahan yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat dalam kehidupan manusia. 2.    Dalam mendidik umat, Rasulullah menggunakan pendekatan rasional dan fungsional.
3.    Iman yang benar perlu dibuktikan dengan amal yang saleh. Amal yang baik perlu dilandasi oleh iman yang benar. Keserasian keduanya yang dapat mengangkat derajat manusia di sisi Allah. Mengambil salah satunya saja tidak dapat menjamin kualitas umat yang beriman.

H.      Hadits tentang Metode Targhib dan Tarhib.
Targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan, dan kenikmatan. Namun, penundaan itu bersifat pasti, baik dan murni sertà dilakukan melalui amal saleh atau pencegahan diri dari kelezatan yang membahayakan (pekerjaan buruk). Yang jelas, semua dilakukan untuk mencari keridaan Allah dan itu merupakan rahmat dari Allah bagi hamba-hamba-Nya. Rasulullah SAW. banyak menggunakan targhib dalam mendidik sahabat (umat)nya. Di antaranya dapat dilihat dalam hadis berikut ini.
Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: Siapa yang membaca satu huruf Alquran mendapat pahala satu kebaikan. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Saya tidak mengatakan “Alif Lam Mim” itu satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.
Dari Salman, ia berkata Rasulullah saw. berkata kepadaku, Setiap orang yang menyucikan diri pada hari Jumat sebagaimana diperintahkan, kemudian keluar dari rumahnya untuk menghadiri salat Jumat, ia diam sampai selesai salat akan diampuni dosanya sejak Jumat yang lalu.
Untuk menumbuhkan semangat dan minat yang tinggi dalam mengerjakan ibadah (membaca Alquran dan mendirikan salat Jumat), Rasulullah saw. menggunakan metode targhîb. Beliau menyampaikan informasi yang menyenangkan hati berupa janji pahala dari Allah untuk orang yang mengerjakan suatu kegiatan.
Tarhib adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan, atau perbuatan yang telah dilarang Allah.. Sehubungan dengan ini terdapat hadis antara lain:
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, Siapa yang berbuka satu hari pada bulan Ramadan tanpa rukhsah yang diberikan Allah tidak dapat mengqada puasanya itu walaupun ia berpuasa sepanjang masa.
Pada bulan Ramadan, semua orang yang beriman diwajibkan mengerjakan puasa. Hanya orang-orang yang memiliki alasan tertentu saja yang boleh meninggalkannya, seperti: sakit, bepergian, hamil, menyusui dan lanjut usia. Maka dalam hadis ini Rasulullah SAW.  mengancam orang-orang yang meninggalkan puasa tersebut dengan ancaman yang berat, yaitu tidak dapat mengganti satu hari puasa yang ditinggalkannya itu walaupun ia berusaha untuk membayarnya seumur hidup. Dengan demikian,  Rasulullah SAW. menggunakan tarhib (ancaman) dengan maksud agar orang beriman itu tidak ada yang melanggar perintah Allah.

I.         Hadits tentang Metode Pengulangan dan Latihan.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW masuk masjid, maka masuklah seorang laki-laki dan melakukan shalat, lalu ia memberi salam kepada Nabi SAW dan beliau pun menjawab salamnya seraya bersabda. “Kembali dan shalatlah, karena sesungguhnya engkau belum shalat.” Kemudian ia datang memberi salam kepada Nabi SAW, dan beliau bersabda. Kemba1i dan salatlah, karena sesungguhnya engkau belum shalat” (tiga kali). Laki-Iaki itu berkata, ‘Demi Zat yang mengutusmu dengan benar, aku tidak dapat melakukan yang lebih baik darinya. maka ajarilah aku. Beliau SAW bersabda, “Apabila engkau berdiri untuk shalat maka hertakbirlah, kemudian bacalah apa yang mudah bugimu dari Alquran, lalu rukuklah hingga engkau tuma‘ninah (tenang) dalam rukuk. Kemudian bangkitlah hingga engkau berdiri lurus. Kemudian sujudlah hingga engkau tuma‘ninah dalam sujud, lalu bangkitlah hingga engkau tuma‘ninah dalam duduk. Lakukun yang demikiun itu pada seluruh shalatmu.
Hadis di atas menginformasikan beberapa hal, di antaranya: (1) Nabi saw. melihat seorang laki-laki mendirikan salat dalam masjid, (2) Setelah salat, laki-laki itu datang kepada Nabi dan mengucapkan salam dan Nabi menjawabnya, (3) Nabi menyuruhnya mengulang salatnya karena belum benar, (4) Laki-laki itu mengulang salat dengan cara seperti pertama kali, (5) Nabi menyuruh ulang lagi sampai tiga kali, (6) Laki-laki itu mengulang salatnya sampai tiga kali pula. (7) Sesudah itu, laki-laki itu mengaku bahwa ia tidak mampu lagi melakukan salat lebih baik daripada itu dan meminta Nabi mengajarnya, dan (8) Nabi mengajarkan kaifiat salat yang benar. Di sini, Rasulullah saw. tidak langsung mengajar sahabat bagaimana tatacara salat yang benar, tetapi menyuruhnya terlebih dulu secara berulang-ulang. Dalam kasus ini terlihat prinsip metode pengulangan yang digunakan oleh Rasulullah saw. Dengan digunakannya oleh Rasulullah saw.  metode pengulangan ini, sahabat terkesan dan harus bersungguh-sungguh dan berhati-hati memperhatikan apa yang akan diajarkan oleh Rasulullah saw. Hal ini diperlukan agar materi yang diajarkan memberikan kesan yang kuat dalam memori orang yang diajar.
Pengulangan dalam proses belajar mengajar berlandaskan kepada dua hal. Pertama, individu pada umumnya berkecenderungan meniru orang lain, apalagi orang yang ditiru cukup berpengaruh ( misalnya karena faktor identifikasi dan simpatik). Kedua peniruan dan pengulangan memperhatikan efektivias yang tinggi. Nabi Muhammad ketika menerima wahyu yang pertama dalam keadaan “meniru dan mengulang” apa yang disampaikan oleh Jibril

J.      Hadits tentang Metode Mauizhah.
Metode mau'izhah adalah  mengingatkan seseorang terhadap sesuatu yang dapat meluluhkan hatinya  dan sesuatu itu dapat berupa pahala maupun siksa, sehingga dia menjadi ingat.  Sehubungan dengan ini terdapat hadis:

Umar bin Abi Salmah ra. berkata, “Dulu aku menjadi pembantu di rumah Rasulullah saw.. Ketika makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru. Melihat itu beliau berkata, ‘Hai ghulam, bacalah basmallah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di dekatmu.
Riwayat di atas menyiratkan beberapa nilai tarbawiyah yang dapat kita terapkan dalam mendidik anak. Sehubungan dengan hadis ini, Najib Khalid al-Amir menjelaskan bahwa:
1.   Rasulullah saw. senantiasa menyempatkan untuk makan bersama anak-anak. Cara tersebut akan mempererat keterikatan batin antara seorang pendidik dengan anak didiknya. Hal ini juga dapat mempermudah meresapnya segala nasihat orang tua kepada anak-anaknya baik itu nasihat dalam hal perilaku, keimanan, atau pendidikan.
2.   Waktu yang beliau pilih pun sangat tepat. Beliau segera menegur ketika kekeliruan Umar bin Abi Salmah itu terjadi berulang-ulang sebelum kebiasaan tersebut menjadi kebiasaan sehari-hari.
3.   Sebagai seorang pendidik, Rasulullah saw. memanggil anak dengan panggilan yang menyenangkan, seperti “wahai ghulam”.
4.   Rasulullah saw. tidak hanya meluruskan kesalahan Abu Salmah dalam hal berpindah-pindah tangan. Seluruh nasihat beliau ungkapkan, mulai dari adab duduk ketika makan. Berpedoman pada cara tersebut, para orang tua harus mencari sumber kekeliruan.
5.  Susunan nasihat yang tepat pun harus diperhatikan. Susunan yang akurat dan ilmiah sangat membantu upaya meluruskan kesalahan.
Memberikan mau'izhah/nasihat merupakan pekerjaan penting dan sering efektif dalam pendidikan Islam. Akan tetapi, banyak orang yang tidak menggunakannya, bahkan juga orang tua. Seyogianya, pendidik banyak menggunakan ibrah/nasihat yang menyentuh, menyejukkan hati dan menggugah emosi peserta didik seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah S
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian hadist dan analisis diatas , dapat dikemukakan beberapa catatan sebagai berikut :
Pertama, segala proses pembelajaran yang dilaksanakan harus dibuat dengan semudah mungkin dan sekaligus menyenangkan agar para peserta didik tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan dengan suasana di kelas. Maka untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif, para pendidik dianjurkan untuk menggunakan metode pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan atau dikenal dengan PAIKEM.
Kedua, para pendidik ketika dalam proses penyampaian materi harus jelas dan mudah diapahami agar proses penyamapaian materi dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik dan apabila diperlukan pengulangan, maka hendaknya para pendidik untuk menggulangi perkataannya kembali dengan maksud untuk menambah penguasaan peserta didik terhadap materi.
Ketiga, para pendidik diharapkan bisa melakukan metode peragaan dan demonstrasi dalam proses pembelajarannya. Karena dengan menggunakan metode peragaan proses pembelajaran akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh peserta didik karena adanya alat bantu penghubung dalam proses pembelajaran. Media pendidikan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa.
Keempat, bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk.
Kelima, Metode tanya jawab ialah metode pembelajaran yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik.sehingga komunikasi ini terlihat adanya timbal balik antara guru dengan siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para guru atau pendidik dapat mengetahui sejauhmana para murid dapat mengerti.
Keenam, Metode Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi dan unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan atau merampungkan keputusan bersama.



























1.      Umar, Bukhari. Hadits Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadits. Jakarta: AMZAH, 2014.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar