MAKALAH HADITS TARBIYAH
TENTANG
HADITS TENTANG
METODE-METODE PENDIDIK
OLEH
KELOMPOK 8
1.
TRIA AMI LAKSMI
2.
HARTINA
3.
DESY ISMAYANI
4.
NADIA NAMIRA
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MATARAM
2015
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Terkait dengan metode pendidikan, Rasulullah SAW sejak
awal sudah mencontohkan dan melakukan metode pendidikan yang tepat kepada para
sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dan tepat
dalam menyampaikan ajaran islam. Rasulullah sangat memperhatikan situasi,
kondisi dan karakter seseorang sehingga nilai-nilai islam yang ditransferkan
bisa dengan mudah dipahami dan dikuasai oleh para sahabat. Maka dalam makalah
ini akan dijelaskan beberapa metode-metode pendidikan yang diterapkan oleh
Rasulullah dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan, khususnya dalam pendidikan islam
B . RUMUSAN
MASALAH
A.
Bagaimana hadist tentang perintah menggunakan PAIKEM ?
B.
Bagaimana hadist tentang pembicaraan harus jelas
dan bila perlu diulang?
C.
Bagaimana hadist tentang metode peragaan dan
demonstrasi?
D.
Bagaimana hadist tentang
metode cerita atau kisah ?
E.
Bagaimana hadist tentang metode tanya jawab dan
diskusi ?
F.
Bagaimana hadist tentang metode Pembiasaan dan Hukuman?
G.
Bagaimana hadist tentang metode perumpamaan?
H.
Bagaimana hadist tentang metode Targhib dan Tarhib?
I.
Bagaimana hadist tentang metode Pengulangan dan
Latihan?
J.
Bagaimana hadist tentang metode mauizhah?
C. TUJUAN DAN
MANFAAT
A.
Mampu mengetahui hadist tentang perintah menggunakan
PAIKEM
B.
Mampu mengetahui hadist tentang pembicaraan harus
jelas dan bila perlu diulang.
C.
Mampu mengetahui hadist tentang metode peragaan dan
demonstrasi
D.
Mampu mengetahui hadist tentang metode cerita atau
kisah.
E.
Mampu mengetahui hadist tentang metode tanya jawab dan
diskusi
F.
Mampu mengetahui hadist tentang metode pembiasaan dan
hukuman.
G.
Mampu mengetahui hadist tentang metode perumpamaan.
H.
Mampu mengetahui hadist tentang metode targhib dan
tarhib.
I.
Mampu mengetahui hadist tentang metode pengulangan dan
latihan.
J.
Mampu mengetahui hadist tentang metode mauizhah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits
tentang perintah menggunakan metode PAIKEM
Dari Abu Burdah dari Abu Musa, ia berkata Rasulullah
SAW ketika mengutus salah seorang sahabat di dalam sebagian perintahnya
Rasulullah SAW bersabda berilah mereka kabar gembira dan janganlah mereka
dibuat lari dan permudahkanlah manusia dalam soal-soal agama dan janganlah
mempersukar mereka (HR. Imam Muslim)
Pembahasan :
Perintah Nabi di atas memberikan pelajaran kepada para
pendidik bahwa di dalam melaksanakan tugas pendidikan, para guru/pendidik
dituntut untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan,
berupaya membuat peserta didik untuk merasa betah dan senang tinggal di sekolah
bersamanya,dan bukan sebaliknya justru memberikan kesan seram agar para siswa
takut dan segan kepadanya, karena sikap demikian justru akan membuat siswa
tidak betah tinggal di sekolah dan sekaligus akan sulit untuk bisa mencintai
para guru beserta semua ilmu ataupun pendidikan yang di berikan kepada mereka.
Analisis :
Hadist diatas menjelaskan bahwa proses pembelajaran
harus dibuat dengan semudah mungkin dan sekaligus menyenangkan agar para
peserta didik tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan dengan suasana
di kelas. Dengan pemilihan metode yang sesuai dan tepat maka berjalannya proses
pembelajaran akan mudah dan menyenangkan bagi peserta didik. Suasana
pembelajaran yang mudah dan menyenangkan ini akan mempengaruhi minat belajar
peserta didik untuk telibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran akan dapat tercapai dengan maksimal.
B. Hadits pembicaraan
harus jelas dan bila perlu diulang
Dari Aisyah Rahimahallah berkata, sesungguhnya perkataan
Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas, dan dapat memahamkan orang yang
mendengarkannya. (HR. Abu Dawud)
Pembahasan :
Didalam hadist tersebut dijelaskan diantara sifat
ucapan Rasulullah SAW adalah sangat jelas dan mudah dipahami oleh orang yang
mendengarkanya. Oleh karenanya, Rasulullah SAW mengucapkan sesuatu kepada
seseorang menggunakan gaya dan bahasa dengan kemampuan dya tangkap pemikiran
orang yang sedang diaajak bicara oleh beliau.
Analisis :
Didalam hadist diatas, pendidik mempunyai peranan
penting dalam proses pembelajaran yaitu proses penyampaian materi yang akan
disampaikan kepada para murid. Dengan perkataan yang jelas dan mudah dipahami
proses penyampaian pesan dapat diterima dengan baik oleh para murid. Perkataan
yang jelas dalam hal ini bukan hanya sekedar jelas. Namun lebih dari itu
“jelas” disini adalah mampu memahamkanm peserta didik yang dihadapinya.
Perkataan yang jelas dan mudah dipahami akan menjadi
salah satu factor keberhasilan pendidikan. Diharapkan dengan adanya perkataan
yang jelas dan mudah dipahami tersebut anak didik akan dapat menyerap dan
memahami apa yang disampaikan pendidik.
Telah
menceritakan kepada kami Abdah berkata, Telah menceritakan kepada
kami Abdushshamad berkata, Telah menceritakan kepada kami Abdullah
bin Al Mutsanna berkata; Tsumamah bin Abdullah telah
menceritakan kepada kami dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila memberi salam,
diucapkannya tiga kali dan bila berbicara dengan satu kalimat diulangnya tiga
kali. (HR. Imam Bukhori)
Pembahasan :
Ada perbedaan pendapat apakah salam termasuk syarat
dalam meminta izin untuk memasuki rumah atau tidak ? Imam Maziri berkata :
bentuk permintaan izin ialah dengan cara mengucapkan “Assalammua’alaikum,
apakah boleh masuk?” kemudian ia boleh memilih antara menyebutkan namanya atau
hanya mengucapkan salam saja.
Imam Isma’il berkomentar bahwa salam itu dilakukan
secara berulang-ulang ketika meminta izin, salam dilakukan secara
berulang-ulang pada sekumpulan orang banyak yang sebagian orang belum
mendengar, begitu juga ia mengucapkan salam dan dia menyangka orang pemilik
rumah belum mendengar maka disunahkan mengulanginya kembali dua atau tiga kali.
Ada perbedaan pendapat mengenai seseorang yang mengucapkan salam tiga kali dan
menyangka kalau pemilik rumah belum mendengar, menurut Imam Malik seseorang
harus menambah salamnya sapai pemilik rumah mendengarnya, kebanyakan ulama’ dan
penganut madzhab Imam Maliki berpendapat tidak boleh menambah salam karena mengikuti
dhohirnya hadis.
Analisis :
Dalam hadist diatas Rasulullah SAW menggunakan
pengulangan dengan kalimat وَإِذَا تَكَلَّمَ
بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلَاثًا Hadist
ini mengindikasikan bahwa pengajaran memerlukan banyak pengulangan. Pengulangan
bahan yang telah dipelajari akan memperkuat hasil belajar.. Nabi Muhammad SAW
ketika menerima wahyu yang pertama dalam keadaan “meniru dan mengulang” apa
yang disampaikan oleh Jibril.
Oleh karena itu, hendaknya para pendidik sesudah
materi disampaikan kepada peserta didik diharapkan untuk melakukan pengulangan
kembali. Hal ini dimaksudkan untuk mempertinggi penguasaan peserta didik
terhadap materi yang sudah diterima. Demikian juga halnya sebelum memberikan
materi yang baru, hendaknya para pendidik melakukan pengulangan kembali
terhadap materi sebelumnya hal ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada
peserta didik tentang materi sebelumnya dan juga agar materi yang sebelumnya
tidak hilang begitu saja.
C. Hadist tentang metode
peragaan dan demonstrasi
Dari Abu
Hurairah r.a , Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : orang yang menanggung
hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya ( Nabi) dan dia seperti ini di
dalam syurga dan Imam Malik mengisyaratkan seperti jari telenjuk dan
tengah (HR. Imam Muslim)
Pembahasan :
Dari hadist diatas yang dimaksud dengan
( كَافِلُ اليَتِيْمِ) adalah mencukupi segala kebutuhannya mulai dari nafakah,
pakaian, pendidikan sekolah dan bertanggung jawab atas baik buruknya adabnya.
Hal yang demikian ini mendapatkan keuatamaan baik dari hartanya sendiri maupun
harta anak yatimtersebut dengan menjadi walinya ini.
Maksud dari أَوْ
لِغَيْره yaitu orang
terdekatnya seperti kakek, nenek, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan,
paman dari ayah, paman dari ibu bibi dari ibu dan orang lain.
Analisis :
Pada hadist diatas menerangkan tentang hubungan
kedekatan Rasulullah dengan orang yang memelihara anak yatim. Rasulullah SAW
mendemonstrasikan juga dengan jari beliau. Beliau menerangkan kepada para
sahabat bahwa kedudukan beliau dengan orang yang memelihara anak yatim di surga
begitu dekat, seperti kedekatan jari tengah dan jari telunjuk.
Dalam dunia pendidikan sekarang ini, para pendidik
dianjurkan sekali untuk bisa meneladani Rasulullah SAW dalam menjelaskan
pelajaran dengan menggunakan alat peraga dalam metode pengajarannnya. Metode
peraga ini sekarang lebih dikenal dengan sebutan media pendidikan. Media
pendidkan adalah suatu benda yang dapat dindrai, khususnya penglihatan dan
pendengaran baik yang terdapat dalam maupun luar kelas yang digunakan sebagai
alat bantu penghubung dalam proses pembelajaran. Media pendidikan bertujuan
untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa. Media pendidikan mengandung
beberapa beberapa aspek-aspek yaitu sebagai alat atau sebagai teknik yang berkaitan
erat dengan metode pengajaran
Dari
Abi Qilabah katanya hadist dari Malik. Kami mendatangi Rasulullah SAWDan kami
pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20
malam. Rasulullah SAW adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut.
Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau
menanyakan tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya,
beliau bersabda : kembalillah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka,
ajarilah mereka dan suruhlah mereka, beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal
dan yang saya tidak hapal. Dan shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat.
(HR. Imam Bukhari)
Pembahasan :
Hadist ini sangat jelas menunjukkan tata cara shalat
Rasulullah kepada sahabat. Sehingga para sahabat dipesankan oleh Rasulullah
agar shalat seperti yang dicontohkan olehnya.
Maksud dari hadist diatas adalah mengenai metode
peragaan yang terdapat didalam kalimat hadist terakhir yaitu “ Dan shalatlah
sebagaimana kalian melihat aku shalat”. Dan apabila telah datang waktu shalat,
maka adzanlah salah satu diantara kalian. Dan yang paling tua diantara kalian
jadikanlah imam.
Analisis :
Dari penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa
Rasulullah melakukan metode demonstrasi tentang tata cara shalat kepada
sahabatnya. Hal dimaksudkan unntuk memperjelas tentang bagaimana tata cara
shalat yang sesuai dengan Rasulullah.
Metode demonstrasi adalah metode
pembelajaran yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau
bagaiman memperlihatkan sesuatu kepada peserta didik. Metode demonstrasi ini
dilakukan bertujuan agar pesan yang disampaikan oleh pendidik dapat dikerjakan
dengan baik dan benar oleh peserta didik.
D. Hadist tentang metode
cerita atau kisah
Dari
Abu Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW bersabda : “Ketika
seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali
kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia
keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan
lidahnya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata : anjing itu
sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur lagi dan ia penuhi
sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit sepatunya dan
ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni,
sahabat bertanya wahai Rasulullah: adakah kita mendapat pahala karena kita
menolong hewan ? Nabi SAW menjawab : disetiap yang mempunyai limpa basah ada
pahalanya”. (HR.Imam Bukhori)
Pembahasan :
Ketika seorang laki-laki sedang berjlan tiba-tiba ia
merasa sangat haus sekali, kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya
dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing
menjulur-julurkan lidanya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu
berkata: anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk ke sumur lagi
dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil mengigit
sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan
mengampuninya.
Menurut Abdullah bin Dinar Allah memasukkan lelaki
tersebut ke surga. Dari hadist ini mengajarkan kepada kita senantiasa saling
menyayangi sesame makhluk Allah meskipun pada hewan yang diharamkan.
Analisis :
Hadist diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan
metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga
dapat memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang
buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang mana sering
dilakukan oleh Rasulullah dalam menyamapaikan ajaran islam. Teknik ini
menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik sehingga menimbulkan minat
dikalangan para sahabatnya.
Teknik bercerita ini adalah salah satu teknik yang
baik untuk menerapkan aspek pembangunan insan karena didalamnya mencakup
seluruh metodologi pendidikan yaitu pendidikan mental, akal, jasmani serta
unsur-unsur yang ada dalam jiwa seseorang, pendidikan itu melalui teladan dan
nasehat. Bukti terbaik dari metode ini adalah bagaimana setengah dari isi
kandungan Al-Qur’an adalah tentang cerita atau kisah dalam penyamapaian
ajarannya.
D. Hadist
tentang Metode tanya jawab dan diskusi
Dari Abu
Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya
Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab :
“Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih
dekat dan yang lebih dekat dengan kamu (HR. Muslim)
Pembahasan :
Seorang ibu di mata anak-anaknya merupakan satu-satunya
figure yang paling berjasa dibanding lainnya, bagaimana tidak , karena dia
telah susah payah mengandungnya selama Sembilan bulan, dalam suka dan duka,
sehat maupun sakit, bayi yang masih berada dalam kandungan senantiasa dibawa
kemana dia pergi dan berada, bahkan tidak jarang seorang ibu yang sedang
mengandung muda sampai berbulan-bulan tidak mau makan nasi karena jika hal itu
dia lakukan akan kembali keluar/muntah.
Imam An-Nawawi mengatakan bahwa,didalam hadist
tersebut terdapat anjuran untuk berbuat baik kepada kerabat dekat, dan ibu
adalah yang paling berhak mendapatkan itu, baru kemudian ayah dan kemudian
kerabat yang paling dekat. Para ulama mengatakan bahwa sebab didahulukannya ibu
adalah karena kelelahan, beban berat dan pengorbanannya di saat mengandung,
melahirkan, menyusui, perawatan pendidikan dan dan lain sebagainya.
Analisis :
Dari penjelasan hadist diatas, Rasulullah menggunakan
metode tanya jawab sebagai starategi pembelajarannya. Beliau sering menjawab
pertanyaan dari sahabatnya ataupun sebaliknya. Metode tanya jawab ini sendiri
ialah metode pembelajaran yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara
pendidik dan peserta didik. Sehingga komunikasi ini terlihat adanya timbal
balik antara guru dengan siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini
adalah para guru atau pendidik dapat mengetahui sejauh mana para murid dapat
mengerti dan mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.
Dari Anas
bin Malik ra, Ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda : “Tolonglah saudaramu
yang dzalim maupun yang didzalimi. Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah
bagaimana jika menolong orang dzalim? Rasulullah menjawab : “tahanlah
(hentikan) dia dan kembalikan dari kedzaliman, karena sesungguhnya itu
merupakan pertolongan kepadanya (HR. Imam Bukhari)
Pembahasan :
Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa Rasulullah
memerintahkan kepada umatnya agar menolong saudaranya baik dalam keadaan dhalim
atau madhlum (didzalimi).
Ibnu Bathal mengatakan : (النصر) menurut orang arab berarti (اعانة) pertolongan, sungguh Rasulullah telah menjelaskan bahwa
menolong orang yang dzalim itu caranya dengan mencegah dari berbuat aniaya
karena jika engkau tidak mencegahnya, maka dia akan melakukan perbuatan aniaya
hingga di qishas. Pencegahan yang kamu lakukan dengan cara mengqishasnya itu
juga bisa dikatakan menolong orang yang beruat dzalim.
Analisis :
Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi
dan unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian
bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk
mempersiapkan atau merampungkan keputusan bersama.
Jika ditelaah dari bebarapa riwayat hadist, Rasulullah
adalah orang yang paling banyak melakukan diskusi. Metode diskusi ini sering
dilakukan oleh Rasulullah bersama para sahabatnya untuk mencari kata sepakat.
Tetapi walaupun Nabi sering melakukan dan membolehkan mendidik dengan metode
diskusi akan tetapi dalam pelaksanaanya harus dilakukan dengan hikmah ataupun
dengan bijak agar segala permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan tanpa
ada permusuhan, karena metode diskusi berbeda dengan debat. Jika debat adalah
perang argumentasi, beradu paham dan kemampuan persuasi dalam memenangkan
pendapatnya sendiri. Maka dalam metode diskusi diharapkan semuanya memberi
sumbangsih sehingga semua bisa paham dan dimengerti secara bersama.
F. Hadits tentang Metode Pembiasaan dan Hukuman.
Sehubungan dengan penggunaan
metode pembiasaan dalam pendidikan dapat dilihat antara lain dari hadis riwayat Ahmad
dari Abi Syu'aib, Ahmad dari Sabrah al-Juhani, dan Abu Daud dari Abi Syu'aib:
Dari 'Amr ibn Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya,
Rasulullah saw. berkata: “Suruhlah anakmu mendirikan salat ketika berumur tujuh
tahun dan pukullah mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur sepuluh
tahun. (Pada saat itu), pisahkanlah tempat tidur mereka.
Pembahasan
Hadis di
atas menginformasikan beberapa hal, yaitu: (1) orang tua harus menyuruh anak
mendirikan salat mulai berumur tujuh tahun, (2) setelah berumur sepuluh tahun
ternyata anak meninggalkan salat, maka orang tua boleh memukulnya, dan (3) pada
usia sepuluh tahun itu juga, tempat tidur anak harus dipisahkan antara
laki-laki dan perempuan, antara anak dan orang tuanya.
Kemampuan menunaikan ibadah salat
merupakan salah satu keterampilan. Menurut Muhibbin Syah, belajar keterampilan
adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang
berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot neuromuscular. Belajar
kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan pengalaman khusus,
juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh
sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan, perbuatan baru yang lebih tepat dan
positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).
Dengan demikian dapat dipahami
bahwa Rasulullah menyuruh anak usia tujuh tahun mendirikan salat dengan maksud
membiasakan mereka agar setelah mukallaf nanti, anak tidak merasa keberatan
untuk melakukannya. Sesuai dengan peribahasa "Alah bisa karena biasa"
yang berarti: segala kesukaran dan sebagainya tidak lagi terasa sesudah
terbiasa. Maksud
peribahasa ini adalah pekerjaan yang pada awalnya sulit dan memberatkan
akan terasa mudah dan ringan apabila sudah dikerjakan berulang kali sehingga
menjadi kebiasaan.
Sesungguhnya
kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).
Berdasarkan penafsiran ayat di atas,
pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak dalam mengerjakan salat
harus dilaksanakan secara bertahap dan disiplin. Sebagai contoh dapat
dikemukakan sebuah model pentahapan.
Selain metode
pembiasaan, hadis di atas juga memuat metode hukuman. Rasulullah SAW. menyuruh
orangtua memukul anak bila meninggalkan salat setelah berusia 10 tahun.
Sebagai alat
pendidikan, hukuman hendaklah: (a). senantiasa merupakan jawaban atas suatu
pelanggaran, (b). sedikit-banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan, (c).
selalu bertujuan ke arah perbaikan; hukuman itu hendaklah diberikan untuk
kepentingan anak itu sendiri.
G. Hadits tentang Metode Perumpamaan.
Perumpamaan berarti pemberian
contoh, yaitu menuturkan sesuatu guna menjelaskan suatu keadaan yang selaras
dan serupa dengan yang dicontohkan, lalu menonjolkan kebaikan dan keburukan
yang tersamar. Sehubungan dengan ini ditemukan hadis antara lain:
Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw.
bersabda: “Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Alquran adalah bagaikan ‘al-Utrujjah’.
Aromanya harum dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca
Alquran adalah bagaikan ‘tamar, kurma’. Aromanya tidak ada dan rasanya manis.
Perumpamaan seorang munafiq yang membaca Alquran adalah bagaikan ‘ar-Raihanah’.
Aromanya harum dan rasanya pahit. Perumpamaan seorang munafiq yang tidak
membaca Alquran adalah bagaikan ‘al-Hanzhalah’. Aromanya tidak ada dan rasanya pahit.
Dalam hadis ini terdapat empat golongan manusia
bila dihubungkan dengan Alquran, yaitu:
(1) Golongan
yang hatinya dipenuhi oleh iman. Iman mengalir ke sekujur anggota tubuhnya. Ia
yakin kepada Allah, beriman kepada Rasul, membenarkan Alquran, mengamalkan
agama, menjadikan dirinya bagian dari Alquran, membacanya pada malam dan siang
hari ketika berdiri, duduk, rukuk, dan sujud.
(2) Golongan
yang beriman kepada Alquran, menerapkan hukumnya, mengikuti petunjuknya,
menerapkan akhlaknya tetapi tidak membaca dan menghafal Alquran. Ini bagaikan
kurma yang manis tetapi aromanya tidak ada.
(3) Orang jahat
(munafiq) yang tidak memiliki iman kecuali sekadar sebutan, tidak memiliki
agama kecuali merek, ia membaca Alquran, menghafalnya dengan baik, meyakini
syariatnya, mengenal bacaannya, membaguskan lafal dan iramanya, tetapi
bacaannya itu tidak melampaui kerongkongannya.
(4) Orang jahat (munafiq) yang tidak ada
hubungannya dengan Alquran. Ia tidak berilmu tentang Alquran, tidak
mengamalkannya, tidak membaca dan tidak menghafalnya.
Analisis
Kependidikan:
1.
Rasulullah saw. mengemukakan perbandingan kualitas manusia dengan buah-buahan
yang bermanfaat dan yang tidak bermanfaat dalam kehidupan manusia. 2.
Dalam mendidik umat, Rasulullah menggunakan pendekatan rasional dan fungsional.
3.
Iman yang benar perlu dibuktikan dengan amal yang saleh. Amal yang baik perlu
dilandasi oleh iman yang benar. Keserasian keduanya yang dapat mengangkat
derajat manusia di sisi Allah. Mengambil salah satunya saja tidak dapat
menjamin kualitas umat yang beriman.
H. Hadits tentang Metode Targhib dan Tarhib.
Targhib adalah janji yang disertai
bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan, dan kenikmatan.
Namun, penundaan itu bersifat pasti, baik dan murni sertà dilakukan melalui
amal saleh atau pencegahan diri dari kelezatan yang membahayakan (pekerjaan buruk).
Yang jelas, semua dilakukan untuk mencari keridaan Allah dan itu merupakan
rahmat dari Allah bagi hamba-hamba-Nya. Rasulullah SAW. banyak menggunakan targhib
dalam mendidik sahabat (umat)nya. Di antaranya dapat dilihat dalam hadis
berikut ini.
Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan
bahwa Rasulullah saw bersabda: Siapa yang membaca satu huruf Alquran mendapat
pahala satu kebaikan. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Saya tidak
mengatakan “Alif Lam Mim” itu satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lam
satu huruf, dan mim satu huruf.
Dari Salman, ia berkata Rasulullah saw. berkata
kepadaku, Setiap orang yang menyucikan diri pada hari Jumat sebagaimana
diperintahkan, kemudian keluar dari rumahnya untuk menghadiri salat Jumat, ia
diam sampai selesai salat akan diampuni dosanya sejak Jumat yang lalu.
Untuk menumbuhkan semangat dan minat yang tinggi
dalam mengerjakan ibadah (membaca Alquran dan mendirikan salat Jumat),
Rasulullah saw. menggunakan metode targhîb. Beliau menyampaikan
informasi yang menyenangkan hati berupa janji pahala dari Allah untuk orang
yang mengerjakan suatu kegiatan.
Tarhib adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh
terlaksananya sebuah dosa, kesalahan, atau perbuatan yang telah dilarang Allah..
Sehubungan dengan ini terdapat hadis antara lain:
Dari Abu
Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang berbuka satu hari pada bulan Ramadan tanpa rukhsah yang
diberikan Allah tidak dapat mengqada puasanya itu walaupun ia berpuasa
sepanjang masa”.
Pada bulan Ramadan, semua orang yang beriman
diwajibkan mengerjakan puasa. Hanya orang-orang yang memiliki alasan tertentu
saja yang boleh meninggalkannya, seperti: sakit, bepergian, hamil, menyusui dan
lanjut usia. Maka dalam hadis ini Rasulullah SAW. mengancam
orang-orang yang meninggalkan puasa tersebut dengan ancaman yang berat, yaitu
tidak dapat mengganti satu hari puasa yang ditinggalkannya itu walaupun ia
berusaha untuk membayarnya seumur hidup. Dengan demikian, Rasulullah SAW.
menggunakan tarhib (ancaman) dengan maksud agar orang beriman itu tidak
ada yang melanggar perintah Allah.
I.
Hadits
tentang Metode Pengulangan dan Latihan.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW masuk masjid,
maka masuklah seorang laki-laki dan melakukan shalat, lalu ia memberi salam
kepada Nabi SAW dan beliau pun menjawab salamnya seraya bersabda. “Kembali dan
shalatlah, karena sesungguhnya engkau belum shalat.” Kemudian ia datang memberi
salam kepada Nabi SAW, dan beliau bersabda. Kemba1i dan salatlah, karena sesungguhnya engkau belum shalat” (tiga kali).
Laki-Iaki itu berkata, ‘Demi Zat yang mengutusmu dengan benar, aku tidak dapat
melakukan yang lebih baik darinya. maka ajarilah aku. Beliau SAW bersabda,
“Apabila engkau berdiri untuk shalat maka hertakbirlah, kemudian bacalah apa
yang mudah bugimu dari Alquran, lalu rukuklah hingga engkau tuma‘ninah (tenang)
dalam rukuk. Kemudian bangkitlah hingga engkau berdiri lurus. Kemudian sujudlah
hingga engkau tuma‘ninah dalam sujud, lalu bangkitlah hingga engkau tuma‘ninah
dalam duduk. Lakukun yang demikiun itu pada seluruh shalatmu.
Hadis di atas menginformasikan beberapa hal, di
antaranya: (1) Nabi saw. melihat seorang laki-laki mendirikan salat dalam
masjid, (2) Setelah salat, laki-laki itu datang kepada Nabi dan mengucapkan
salam dan Nabi menjawabnya, (3) Nabi menyuruhnya mengulang salatnya karena
belum benar, (4) Laki-laki itu mengulang salat dengan cara seperti pertama
kali, (5) Nabi menyuruh ulang lagi sampai tiga kali, (6) Laki-laki itu
mengulang salatnya sampai tiga kali pula. (7) Sesudah itu, laki-laki itu
mengaku bahwa ia tidak mampu lagi melakukan salat lebih baik daripada itu dan
meminta Nabi mengajarnya, dan (8) Nabi mengajarkan kaifiat salat yang benar. Di
sini, Rasulullah saw. tidak langsung mengajar sahabat bagaimana tatacara salat
yang benar, tetapi menyuruhnya terlebih dulu secara berulang-ulang. Dalam kasus ini terlihat prinsip metode pengulangan yang digunakan oleh
Rasulullah saw. Dengan digunakannya oleh Rasulullah saw. metode
pengulangan ini, sahabat terkesan dan harus bersungguh-sungguh dan berhati-hati
memperhatikan apa yang akan diajarkan oleh Rasulullah saw. Hal ini diperlukan
agar materi yang diajarkan memberikan kesan yang kuat dalam memori orang yang
diajar.
Pengulangan dalam proses belajar
mengajar berlandaskan kepada dua hal. Pertama, individu pada umumnya
berkecenderungan meniru orang lain, apalagi orang yang ditiru cukup berpengaruh
( misalnya karena faktor identifikasi dan simpatik). Kedua peniruan dan
pengulangan memperhatikan efektivias yang tinggi. Nabi Muhammad ketika menerima
wahyu yang pertama dalam keadaan “meniru dan mengulang” apa yang disampaikan
oleh Jibril
J. Hadits tentang Metode Mauizhah.
Metode mau'izhah adalah
mengingatkan seseorang terhadap sesuatu yang dapat meluluhkan hatinya dan
sesuatu itu dapat berupa pahala maupun siksa, sehingga dia menjadi ingat. Sehubungan dengan ini terdapat
hadis:
Umar bin Abi
Salmah ra. berkata, “Dulu aku menjadi pembantu di rumah Rasulullah saw.. Ketika
makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru. Melihat itu beliau berkata, ‘Hai ghulam, bacalah basmallah, makanlah dengan
tangan kananmu, dan makanlah apa yang ada di dekatmu.
Riwayat di atas menyiratkan
beberapa nilai tarbawiyah yang dapat kita terapkan dalam mendidik anak.
Sehubungan dengan hadis ini, Najib Khalid al-Amir menjelaskan bahwa:
1. Rasulullah
saw. senantiasa menyempatkan untuk makan bersama anak-anak. Cara tersebut akan
mempererat keterikatan batin antara seorang pendidik dengan anak didiknya. Hal
ini juga dapat mempermudah meresapnya segala nasihat orang tua kepada
anak-anaknya baik itu nasihat dalam hal perilaku, keimanan, atau pendidikan.
2. Waktu yang
beliau pilih pun sangat tepat. Beliau segera menegur ketika kekeliruan Umar bin
Abi Salmah itu terjadi berulang-ulang sebelum kebiasaan tersebut menjadi
kebiasaan sehari-hari.
3. Sebagai
seorang pendidik, Rasulullah saw.
memanggil anak dengan panggilan yang menyenangkan, seperti “wahai ghulam”.
4. Rasulullah
saw. tidak hanya meluruskan kesalahan Abu Salmah dalam hal berpindah-pindah
tangan. Seluruh nasihat beliau ungkapkan, mulai dari adab duduk ketika makan.
Berpedoman pada cara tersebut, para orang tua harus mencari sumber kekeliruan.
5. Susunan nasihat
yang tepat pun harus diperhatikan. Susunan yang akurat dan ilmiah sangat
membantu upaya meluruskan kesalahan.
Memberikan
mau'izhah/nasihat merupakan pekerjaan penting dan sering efektif dalam
pendidikan Islam. Akan tetapi, banyak orang yang tidak menggunakannya, bahkan
juga orang tua. Seyogianya, pendidik banyak menggunakan ibrah/nasihat yang
menyentuh, menyejukkan hati dan menggugah emosi peserta didik seperti yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah S
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian hadist dan analisis diatas , dapat
dikemukakan beberapa catatan sebagai berikut :
Pertama, segala proses pembelajaran yang dilaksanakan
harus dibuat dengan semudah mungkin dan sekaligus menyenangkan agar para
peserta didik tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan dengan suasana
di kelas. Maka untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif, para
pendidik dianjurkan untuk menggunakan metode pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan atau dikenal dengan PAIKEM.
Kedua, para pendidik ketika dalam proses
penyampaian materi harus jelas dan mudah diapahami agar proses penyamapaian
materi dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik dan apabila diperlukan
pengulangan, maka hendaknya para pendidik untuk menggulangi perkataannya
kembali dengan maksud untuk menambah penguasaan peserta didik terhadap materi.
Ketiga, para pendidik diharapkan bisa
melakukan metode peragaan dan demonstrasi dalam proses pembelajarannya. Karena
dengan menggunakan metode peragaan proses pembelajaran akan lebih mudah
diterima dan dipahami oleh peserta didik karena adanya alat bantu penghubung
dalam proses pembelajaran. Media pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas belajar siswa.
Keempat, bahwa pendidikan dengan metode
cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat
memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk.
Kelima, Metode tanya jawab ialah metode
pembelajaran yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara pendidik dan
peserta didik.sehingga komunikasi ini terlihat adanya timbal balik antara guru
dengan siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para guru
atau pendidik dapat mengetahui sejauhmana para murid dapat mengerti.
Keenam, Metode Diskusi
pada dasarnya adalah tukar menukar informasi dan unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan
lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan atau merampungkan
keputusan bersama.
1.
Umar, Bukhari. Hadits
Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadits. Jakarta: AMZAH, 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar