Selasa, 26 Mei 2015

TUJUAN PEMBELAJARAN



TUJUAN PEMBELAJARAN
A.    Pengertian Tujuan Pembelajaran
Seberapa pentingkah menentukan tujuan? Sudah bisa dipastikan bahwa menentukan tujuan itu sangat penting sekali. Sebelum melangkah, maka terlebih dahulu Anda harus merumuskan tujuan yang akan Anda capai. Tujuan merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain tujuan pembelajaran adalah kemapuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Menurut Nana Sudjana & Wari Suwaria (1991), kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).
Tidak ada suatu pembelajaran yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal itu merupakan suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan arah, target akhir, dan prosedur yang dilakukan. Anthony Robbins dalam Jen ZA Hans (2005) mengatakan semakin jelas tujuan, semakin aktif kerja RTA (Reticular Activating System) di dalam pikiran.
Beberapa pakar, misalnya Dawley (1974), Duchastel dan Brown (1975), Hauck dan Thomas (1972), Kibler (1977), dan lain-lain, melalui penelitiannya masing-masing menemukan bahwa penggunaan tujuan dalam proses pembelajaran ternyata dapat meningkatkan keberhasilan siswa belajar.
Paparan tersebut menjelaskan pada kita bahwa, tujuan menjadi pedoman arah dan sekaligus sebagai suasana yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Kepastian proses pembelajaran berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pembelajaran. Semakin jelas dan operasional tujuan yang akan dicapai, maka semakin mudah menentukan alat dan cara mencapainya.
B.     PETUNJUK MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Aspek tujuan pembelajaran merupakan yang paling utama yang harus dirumuskan secara jelas dan spesfik karena tujuan dapat menentukan arah. Tujuan-tujuan pembelajaran harus berpusat pada perubahan perilaku siswa yang diinginkan, dan karenanya harus dirumuskan secara operasional, dapat diukur dan dapat diamati ketercapainnya. Mudhoffir (1990) memberikan petunjuk praktis merumuskan tujuan pembelajaran, berkut ini: (1) Forrulasikan dalam bentuk yang operasional; (2) Rumuskan dalam bentuk produk belajar, bukan proses belajar; (3) Rumuskan dalam tingkah laku siswa bukan perilaku guru; (4) Rumuskan standar perilaku yang akan dicapai; (5) Hanya mengandung satu tujuan belajar; (6) Rumuskan dalam kondisi mana perilaku itu terjadi.
Bloom (1976) membagi hasil belajar menjadi tiga kawasan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta keterampilan-keterampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap-sikap dan nilai. Kawasan psikomotor adalah kemampuan-kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak.
Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu:
1.      Pengetahuan adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari;
2.      Pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal;
3.      Penerapan adalah kemampuan dalam menerapkan prinsip dan aturan yang telah dipelajari sebelumnya;
4.      Analsis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat di pahami;
5.      Sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti;
6.      Penilaian adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasrkan kriteria tertentu;
                      Krathwohl dan kawan-kawan mengemukakan lima hierarki dalam aspek afektif, yaitu menerima, merespon, memberi nilai, mengorganisasi, dan memberi karakter terhadap suatu nilai, Kelima hierarki tersebut berikut ini:
1.      Menerima adalah kemampuan untuk memberi perhatian terhadap sebuah aktivitas atau peristiwa yang sedang dihadapi;
2.      Merespon dapat diartikan sebagai pemberian reaksi terhadap suatu aktivitas dengan cara melibatkan diri atau berpartisipasi di dalamnya;
3.      Memberi nilai merupakan kemampuan yang terakait dengan tindakan menerima atau menolak nilai atau norma yang dihadapi melalui sebuah ekspresi berupa sikap positif atau negatif terhadap suatu obyek atau peristiwa;
4.      Mengorganisasi adalah kemampuan dalam mengidentifikasi, memilih, dan memutuskan nilai atau norma yang akan diaplikasikan;
5.      Memberi krakter dapat berupa tindakan meyakini, mempraktikkan, dan menunjukkan prilaku yang knsisten terhadap nilai dan norma yang di pelajari.
Domain psikomotor memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan dalam
 melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik dalam berbagai mata pelajaran. Adapun hierarki kemampuan dalam domain psikomotor berikut ini:
1.      Imitasi merupakan kemampuan dalam mempraktikkan sebuah keterampilan yang telah diamati sebelumnya;
2.      Manipulasi merupakan kemampuan yang sangat terkait dengan kemampuan dalam melakukan modifikasi terhadap suatu keterampilan;
3.      Presisi adalah kemampuan yang memperlihatkan adanya kecakapan individu dalam melakukan sebuah aktivitas dengan tingkat akurasi yang tinggi;
4.      Artikulasi merupakan kemampuan dalam melakukan suatu aktivitas secara terkoordinasi dan efisien.
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran, terdapat beberapa kata operasional yang dapat dipilih sesuai kebutuhan seperti:
1.      Aspek kognitif  meliputi: menyebutkan, mengidentifikasi, mendefinisikan, menjelaskan, merangkum, menyadur, menyimpulkan, menghitung, menghubungkan, melengkapi, menjodohkan, membagi, mengkategorikan, membedakan.
2.      Aspek Afektif meliputi: menyatakan pendapat, memilih, menempatkan, mengajak, menolak, membenarkan.
3.      Aspek psikomotorik meliputi: mempraktekkan, memainkan, mengerjakan, membuat, memasang, membongkar, mengoprasikan, membangun, memperbaiki, melaksanakan, menyusun, menggunakan.
Perumusan tujuan pembelajaran yang bermacam-macam akan menghasilkan perubahan perilaku anak yang bermacam-macam pula. Itu berarti keberhasilan proses pembelajaran bervariasinpula. Perilaku mana yang hendak dihasilkan, menghendaki perumusan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan perilaku yang hendak dihasilkan. Bila perilaku yang guru hendak capai adalah agar anak dapat membaca, maka perumusan tujuan pembelajaran harus mendukung tercapainya keterampilan membaca. Apabila yang hendak dicapai agar anak dapat menulis, maka perumusan tujuan pembelajarannya harus mendukung tercapainya keterampilan menulis.
Dalam penyusunantujuan pembelajaran, perlu mempertimbangkan hal-hal: (1) Untuk siapa tujuan itu dibuat (siswa SD/MI, SMP/MTS, SMU/MA, atau masiswa); (2) Kemampuan dan nilai-nilai yang ingin dikembangkan pada diri siswa; (3) Bagaimana cara mencapai tujuan itu secara bertahap atau sekaligus; (4) Apakah perlu menekankan aspek-aspek tertentu atau tidak; (5) Seberapa jauh tujuan itu dapat memenuhi kebutuhan perkembangan siswa; (6) Berapa lama waktu yang dibutuhkan dan apakah waktu yang tersedia cukup untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
Sebuah kata-kata bijak dari “Harvey Mackey” menyebutkan bahwa “Sebuah impian hanyalah sebuah impian. sebuah tujuan adalah sebuah impian yang disertai rencana dan deadline”.

SUMBER:

Dr. M. Sobry Sutikno. Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica, 2015. Hal.  75






         

1 komentar:

  1. Can you really trust and trust one of the worst casinos to play at
    Do you know of any クイーンカジノ casinos to play with real cash? — The casino industry is booming with every starvegad new 다파벳 year, including new and existing players

    BalasHapus