TUJUAN
PEMBELAJARAN
A. Pengertian
Tujuan Pembelajaran
Seberapa pentingkah menentukan tujuan? Sudah bisa
dipastikan bahwa menentukan tujuan itu sangat penting sekali. Sebelum
melangkah, maka terlebih dahulu Anda harus merumuskan tujuan yang akan Anda
capai. Tujuan merupakan cita-cita yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.
Dengan kata lain tujuan pembelajaran adalah kemapuan-kemampuan yang diharapkan
dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Menurut Nana Sudjana
& Wari Suwaria (1991), kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).
Tidak ada suatu pembelajaran yang diprogramkan tanpa
tujuan, karena hal itu merupakan suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam
menentukan arah, target akhir, dan prosedur yang dilakukan. Anthony Robbins
dalam Jen ZA Hans (2005) mengatakan semakin jelas tujuan, semakin aktif kerja
RTA (Reticular Activating System) di dalam pikiran.
Beberapa pakar, misalnya Dawley (1974), Duchastel
dan Brown (1975), Hauck dan Thomas (1972), Kibler (1977), dan lain-lain,
melalui penelitiannya masing-masing menemukan bahwa penggunaan tujuan dalam
proses pembelajaran ternyata dapat meningkatkan keberhasilan siswa belajar.
Paparan tersebut menjelaskan pada kita bahwa, tujuan
menjadi pedoman arah dan sekaligus sebagai suasana yang akan dicapai dalam
kegiatan pembelajaran. Kepastian proses pembelajaran berpangkal tolak dari
jelas tidaknya perumusan tujuan pembelajaran. Semakin jelas dan operasional
tujuan yang akan dicapai, maka semakin mudah menentukan alat dan cara
mencapainya.
B. PETUNJUK
MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Aspek
tujuan pembelajaran merupakan yang paling utama yang harus dirumuskan secara
jelas dan spesfik karena tujuan dapat menentukan arah. Tujuan-tujuan pembelajaran
harus berpusat pada perubahan perilaku siswa yang diinginkan, dan karenanya
harus dirumuskan secara operasional, dapat diukur dan dapat diamati
ketercapainnya. Mudhoffir (1990) memberikan petunjuk praktis merumuskan tujuan
pembelajaran, berkut ini: (1) Forrulasikan dalam bentuk yang operasional; (2)
Rumuskan dalam bentuk produk belajar, bukan proses belajar; (3) Rumuskan dalam
tingkah laku siswa bukan perilaku guru; (4) Rumuskan standar perilaku yang akan
dicapai; (5) Hanya mengandung satu tujuan belajar; (6) Rumuskan dalam kondisi
mana perilaku itu terjadi.
Bloom
(1976) membagi hasil belajar menjadi tiga kawasan, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan
kemampuan intelektual serta keterampilan-keterampilan. Kawasan afektif
menggambarkan sikap-sikap dan nilai. Kawasan psikomotor adalah
kemampuan-kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak.
Kawasan
kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun
secara hirarkis dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks,
yaitu:
1. Pengetahuan
adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari;
2. Pemahaman
adalah kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal;
3. Penerapan
adalah kemampuan dalam menerapkan prinsip dan aturan yang telah dipelajari
sebelumnya;
4. Analsis
adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur
organisasinya dapat di pahami;
5. Sintesis
adalah
kemampuan untuk memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti;
6. Penilaian
adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasrkan kriteria tertentu;
Krathwohl
dan kawan-kawan mengemukakan lima hierarki dalam aspek afektif, yaitu menerima,
merespon, memberi nilai, mengorganisasi, dan memberi karakter terhadap suatu
nilai, Kelima hierarki tersebut berikut ini:
1.
Menerima
adalah kemampuan untuk memberi perhatian terhadap sebuah aktivitas atau
peristiwa yang sedang dihadapi;
2.
Merespon dapat
diartikan sebagai pemberian reaksi terhadap suatu aktivitas dengan cara
melibatkan diri atau berpartisipasi di dalamnya;
3.
Memberi nilai
merupakan kemampuan yang terakait dengan tindakan menerima atau menolak nilai
atau norma yang dihadapi melalui sebuah ekspresi berupa sikap positif atau
negatif terhadap suatu obyek atau peristiwa;
4.
Mengorganisasi
adalah kemampuan dalam mengidentifikasi, memilih, dan memutuskan nilai atau
norma yang akan diaplikasikan;
5.
Memberi krakter
dapat berupa tindakan meyakini, mempraktikkan, dan menunjukkan prilaku yang
knsisten terhadap nilai dan norma yang di pelajari.
Domain
psikomotor memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan dalam
melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat
fisik dalam berbagai mata pelajaran. Adapun hierarki kemampuan dalam domain
psikomotor berikut ini:
1. Imitasi
merupakan
kemampuan dalam mempraktikkan sebuah keterampilan yang telah diamati
sebelumnya;
2. Manipulasi
merupakan
kemampuan yang sangat terkait dengan kemampuan dalam melakukan modifikasi
terhadap suatu keterampilan;
3. Presisi
adalah
kemampuan yang memperlihatkan adanya kecakapan individu dalam melakukan sebuah
aktivitas dengan tingkat akurasi yang tinggi;
4. Artikulasi
merupakan kemampuan dalam melakukan suatu aktivitas secara terkoordinasi dan
efisien.
Untuk
merumuskan tujuan pembelajaran, terdapat beberapa kata operasional yang dapat
dipilih sesuai kebutuhan seperti:
1. Aspek
kognitif meliputi:
menyebutkan, mengidentifikasi, mendefinisikan, menjelaskan, merangkum,
menyadur, menyimpulkan, menghitung, menghubungkan, melengkapi, menjodohkan,
membagi, mengkategorikan, membedakan.
2. Aspek
Afektif meliputi: menyatakan pendapat, memilih, menempatkan,
mengajak, menolak, membenarkan.
3. Aspek
psikomotorik meliputi: mempraktekkan, memainkan,
mengerjakan, membuat, memasang, membongkar, mengoprasikan, membangun,
memperbaiki, melaksanakan, menyusun, menggunakan.
Perumusan
tujuan pembelajaran yang bermacam-macam akan menghasilkan perubahan perilaku
anak yang bermacam-macam pula. Itu berarti keberhasilan proses pembelajaran
bervariasinpula. Perilaku mana yang hendak dihasilkan, menghendaki perumusan
tujuan pembelajaran yang sesuai dengan perilaku yang hendak dihasilkan. Bila
perilaku yang guru hendak capai adalah agar anak dapat membaca, maka perumusan
tujuan pembelajaran harus mendukung tercapainya keterampilan membaca. Apabila
yang hendak dicapai agar anak dapat menulis, maka perumusan tujuan
pembelajarannya harus mendukung tercapainya keterampilan menulis.
Dalam
penyusunantujuan pembelajaran, perlu mempertimbangkan hal-hal: (1) Untuk siapa
tujuan itu dibuat (siswa SD/MI, SMP/MTS, SMU/MA, atau masiswa); (2) Kemampuan
dan nilai-nilai yang ingin dikembangkan pada diri siswa; (3) Bagaimana cara
mencapai tujuan itu secara bertahap atau sekaligus; (4) Apakah perlu menekankan
aspek-aspek tertentu atau tidak; (5) Seberapa jauh tujuan itu dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan siswa; (6) Berapa lama waktu yang dibutuhkan dan apakah
waktu yang tersedia cukup untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
Sebuah
kata-kata bijak dari “Harvey Mackey” menyebutkan bahwa “Sebuah impian hanyalah
sebuah impian. sebuah tujuan adalah sebuah impian yang disertai rencana dan deadline”.
SUMBER:
Dr. M. Sobry Sutikno. Belajar dan Pembelajaran.
Lombok: Holistica, 2015. Hal. 75
Can you really trust and trust one of the worst casinos to play at
BalasHapusDo you know of any クイーンカジノ casinos to play with real cash? — The casino industry is booming with every starvegad new 다파벳 year, including new and existing players